Cari Blog Ini

Rabu, 09 Maret 2011

KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI


A. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena kepemimpinan di negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana kepemimpinan telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam dunia bisnis, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya.
Pada era globalisasi dan pasar bebas hanya perusahaan yang mampu melakukan perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dalam pembentukan keunggulan kompetitif yang mampu untuk berkembang. Organisasi sekarang harus dilandasi oleh keluwesan, tim kerja yang baik, kepercayaan, dan penyebaran informasi yang memadai. Sebaliknya, organisasi yang merasa puas dengan dirinya dan mempertahankan status quo akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu mensikapi perkembangan zaman ini. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.(Harsiwi, 2003)
Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia membutuhkannya, sampai ada pendapat yang menyatakan bahwa dunia atau umat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja, yakni yang berstatus sebagai pemimpin. Pepatah orang melayu yang menyatakan “jika gajah sama gajah berkelahi, pelanduk mati di tengah-tengah” sejalan dengan ungkapan di atas. Dengan demikian jika sekelompok orang yang berstatus pemimpin tersebut memutuskan untuk menimbulkan perang dunia sebagai satu-satunya jalan keluar dari konflik, maka umat manusia di dunia sebagai penduknya akan mati ditengah-tengah medan konflik tersebut. Ini sekedar penegasan dari pepatah melayu tersebut, dan kegalakan dari pendapat di atas yang mau menyatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan amat menentukan sekali dalam kehidupan manusia.( Thoha, 1996)
Tingkat efektivitas kepemimpinan ini bukan ditentukan oleh seorang atau beberapa orang pemimpin saja. Efektivitas itu justru merupakan hasil bersama antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya.Pemimpin tidak akan mampu berbuat banyak tanpa partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya orang-orang yang dipimpin, tidak akan efektif menjalankan tugas dan kewajibannya, tanpa pengendalian, pengarahan, dan kerja sama dengan pimpinan. Faktor partisipasi ini sangat menentukan dalam kepemimpinan, sehingga semakin aktif orang-orang yang dipimpin (anggota kelompok/organisasi) dalam partisipasi, maka akan semakain dinamis kehidupan kelompok/organisasi. Partisipasi dalam berpikir memecahkan masalah-masalah kelompok/organisasi perlu digalakkan agar kepemimpinan berlangsung efektif.
Partisipasi dalam mewujudkan keputusan menjadi kegiatan perlu dibina dan dikembangkan, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara optimal. Dalam berpartisipasi ini pulalah berkembang kreativitas dan inisiatif yang menjadikan organisasi menjadi dinamis, karena pemimpin merupakan tokoh sentral yang terbuka pada berbagai pembaharuan dan inovasi, yang akan berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan organisasi.
Usaha untuk mewujudkan partisipasi anggota organisasi pada dasarnya tergantung pada kemampuan mewujudkan hubungan manusiawi yang efektif.
Hubungan seperti ini merupakan peluang bagi anggota untuk mengkomukasikan hasil berpikir, antar para pemimpin atau dengan anggota dan antar para anggota. Dalam hubungan manusiawi yang efektif itu setiap pemimpin memperoleh kesempatan dalam menggali kreativitas dan inisiatif, yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan dan mengembangkan organisasi.
B. Pengertian Kepemimpinan
Sebagai pengantar alur berpikir dalam membahas masalah kepemimpinan, berikut ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian atau definisi kepemimpinan antara lain :
Menurut Gary Yulk (1998:4), mendefinisikan kepemimpinan secara luas yaitu proses-proses mempengaruhi interpretasi menganai kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan tam work serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.
Susilo Martoyo (1998 : 166) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.
Menurut Stephen P. Robbins (2001 : 39) memberikan definisi kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
Sedangkan menurut Keth Davis (1972 : 100) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orang-orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias.
Dari beberapa definisi tentang kepemimpinan di atas dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja dengan rasa semangat dan bergairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai disiplin yang tinggi, dimana para bawahan terikat dalam suatu kelompok secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Seorang pemimpin dikatakan mampu mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya dilihat dari sikap perilaku, dan kepuasan dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dari karyawan itu sendiri yang menyukai, menghormati, mengagumi dan mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan permintaan dari kepemimpinan.
C. Kepemimpinan Dalam Organisasi
Ditinjau dari pendekatan situasional menyatakan bahwa sifat-sifat itu bukanlah satu-satunya hal yang menentukan derajat dan kualitas pimpinan, melainkan situasi dan lingkunganlah merupakan faktor penentunya. Maka, seseorang pemimpin yang efisien pada saat sekarang ini belum tentu mampu menjabat tugas kepemimpinan pada saat lain dengan kondisi-kondisi yang berbeda (Kartini Kartono, 1990)
Contohnya, seorang kapten pilot pesawat terbang yang mengalami pendaratan darurat di daerah rawa-rawa atau daerah hutan belukar, belum tentu mampu menjadi pemimpin untuk membawa para penumpangnya keluar dari daerah rawa tersebut. Dia akan menyerahkan kepemimpinan keluar dari daerah paya dan hutan kepada seseorang yang terbiasa hidup di daerah sedemikian itu.
Jadi, sifat-sifat fungsional kepemimpinan itu erat berkaitan dengan situasinya. Keadaan darurat dan kondisi lingkungan dapat mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam menanggapi tantangan situasinya. Apabila organisasi ada dalam keadaan kritis, maka akan muncul seorang pemimpin yang mampu mengatasi kemelut, yang sehari-harinya justru berfungsi sebagai anggota biasa. Dalam hal ini, ada kepercayaan yang datang dari luar/lingkungan untuk mengangkat pribadi yang bersangkutan sebagai pemimpin.
Jika penekanan tidak berlangsung pada sifat-sifat seseorang pemimpin, dan juga tidak terdapat penonjolan pada keinginan kelompok, namun ada penentuan dari pada relasi antara kemauan, kelompok dengan sifat-sifat pribadi pemimpin pada satu saat (situasi-situasi) tertentu, maka pendekatan semacam ini disebut sebagai pendekatan interaksionis. Sebagai contoh dari peristiwa yang terjadi di tanah air adalah peristiwa sebagai berikut : pada setiap departemen terdapat Inspektorat Jendral yang bertugas melaksanakan kontrol intern. Di samping itu pemerintah punya aparat khusus untuk mengawasi pelaksanaan anggaran, yaitu Direktorat Pengawasan Keuangan Negara, untuk mengawasi semua departemen. Juga ada Badan Pemeriksa Keuangan. Namun, oleh banyaknya ketidak beresan administrasi keuangan dan kurang efektifnya pengawasan, maka perlu dibentuk tim khusus “operasi tertib”, yaitu dengan diterimanya seseorang menjadi pimpinan dalam tim tersebut serta didukung oleh semua lapisan masyarakat dengan harapan agar administrasi negara bisa lebih tertib dan korupsi secara drastis bisa dikurangi.
Dalam situasi tersebut di atas, terdapat hubungan antara situasi, yaitu semrawutnya administrasi aparatur pemerintah dalam wilayah tanah air yang begitu luas, dengan harapan pimpinan pemerintahan, dan harapan segenap lapisan masyarakat yang menghendaki tindakan-tindakan tegas dan korektif. Dengan situasi dan kondisi sedemikian ini, seorang tokoh pemimpin dengan kemampuan dan kekuasaan khusus dapat mengatasi situasi yang cukup ruwet itu.
Dilain pihak organisasi sangat membutuhkan seorang pemimpin yang andal dalam membawa organisasinya menjadi lebih baik, misalnya Betti S. Alisjabhana, wanita pertama Indonesia yang diberikan kepercayaan oleh perusahaan asing IBM, untuk menjadi pemimpin perwakilan perusahaan IBM di Indonesia merupakan contoh seorang pemimpin yang dapat membawa perusahaan yang dipimpinnya mencapai hasil yang memuaskan, ditengah persaingan bidang Information Technology (IT) yang semakin berat. Sebagai orang yang dipercaya sebagai Presiden Direktur PT IBM Indonesia, Betty harus dapat membawa perusahaan ini agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam penjualan dan pemasaran perangkat keras, perangkat lunak, serta dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan. Dengan strategi kepemimpinan yang diterapkan oleh Betti, hasil besar yang diperoleh oleh IBM Indonesia saat ini dapat diukur dengan kepuasan pelanggan yang semakin meningkat, dapat memperoleh kedudukan yang kompetitif dalam pasar, serta kepuasan karyawan IBM sendiri.
Sementara itu, Budi Setiadharma, Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, mengatakan strategi kepemimpinan yang baik adalah mengetahui dengan baik apa yang menjadi kompetensi dari perusahaannya dan berusaha mengembangkan hal tersebut. Sebagai orang yang pernah membawa Astra keluar dari kesulitan akibat lilitan utang perusahaan yang besar, sementara kebijakan yang ada melarang adanya tambahan investasi, Budi berhasil mengefisienkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan Astra, sehingga perusahaan tersebut dapat terus bertahan. (kompas.com, 25 Feb)
Menurut Budi, ada sembilan karakteristik pemimpin yang baik yaitu, adanya memiliki misi serta obsesi, keberanian untuk menjadi berbeda dan untuk mengambil resiko. Selain itu, seorang pemimpin juga harus dapat mendorong anak buahnya untuk mencapai visi dan misinya. Memiliki integritas, komitmen, kerjasama yang baik dalam tim, memiliki kepekaan terhadap dunia bisnis, serta dapat membangun image yang baik di luar perusahaan.
D. Penutup
Kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut kerja sama dalam suatu organisasi mengharuskan setiap anggota mengetahui secara tepat dan jelas mengenai tugas dan tanggung jawabnya, sesuai dengan posisi/jabatannya masing-masing. Kejelasan itu akan memungkinkan setiap anggota organisasi ikut berperan serta secara maksimal dalam melaksanakan kegiatan dibidangnya, yang akan ikut memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan bersama.
Dengan kreativitas dan inisiatif yang disalurkan oleh pimpinan organisasi, berarti setiap anggota memperoleh peluang untuk mewujudkan kemampuannya secara maksimal. Kemampuan tersebut akan mengantarkan seorang anggota organisasi pada sukses atas dasar prestasinya yang akan mempengaruhi dan meningkatkan karirnya di lingkungan organisasinya. Untuk itu pimpinan harus mampu mendorong berlangsungnya persingan yang jujur dan sportif, yang memungkinkan organisasi berkembang secara dinamis.
Pemimpin tidak selalu menentukan keberhasilan organisasi, karena untuk mencapai keberhasilan di dalam organisasi, pemimpin sangat membutuhkan orang lain, anak buah dan staf. Tanpa dukungan, bantuan dan kerjasama orang lain mustahil pemimpin dapat menggiring organisasi meraih kemajuan. Hanya saja, keputusan-keputusan penting memang sepenuhnya ada di tangan pemimpin. Tetapi dalam mengambil keputusan, sebelumnya pemimpin tetap melibatkan pendapat anak buah.


DAFTAR PUSTAKA

Agung M. Harsiwi Th., 2003, Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Krakteristik Personal Pemimpin, Yogyakarta. http://artikel.us/amharsiwi2.html
Gary Yukl, 1998, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
Kartini Kartono, 1990, Pemimpin dan Kepemimpinan, Cetakan Kelima, Penerbit CV Rajawali, Jakarta.
Miftah Thoha, 1996, Perilaku Organisasi, Cetakan Kedelapan, Penerbit PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Strategi Memimpin Untuk Hasil Yang Terbaik, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/25/ekonomi/147500.htm
Keith Davis, 1972, Human Behavior at Work : Human Relations and Organizational Behavior, edisi keempat, McGraw-Hill, New York.
Stehen P. Robbins, 2001, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, Jilid 2, penerbit Prenhallindo, Jakarta
Susilo Martoyo, 1998, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ketiga, Ceakan ketiga, Penerbit BPFR, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar